HUMANIORA

Diplomasi Jalur Rempah di Kancah Dunia

Kam, 24 Jun 2021

REMPAH tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakat Nusantara. Jauh sebelum bangsa Eropa menginjakkan kakinya di bumi Nusantara, ribuan tahun silam, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal Jalur Rempah.

Sebuah rute untuk menjalin hubungan antarpulau, suku, bangsa dengan membawa hasil alam khas, seperti cengkih, lada, kayu manis, pala, dan cendana untuk kebutuhan ekonomi ataupun membangun persahabatan.

Banyak sejarawan meyakini dari Jalur Rempah itu telah terbentuk asimilasi dan diplomasi budaya di setiap persinggahan. Jalur inilah yang pada akhirnya menghubungkan Nusantara dan dunia melalui berbagai titik atau simpul peradaban.

Nenek moyang bangsa Indonesia nyatanya sudah menjalin hubungan dagang dengan bangsa-bangsa lain. Lewat Jalur Rempah mereka menjelajah dunia ke Tiong kok, India, Asia Selatan, Asia Barat, hingga Afrika Timur.

Rempah Nusantara begitu termasyhur. Keberadaannya bahkan sudah dikenal sebelum kedatangan bangsa Eropa.

Beberapa sumber menyebut bahwa nilai rempah tak kalah dengan emas, waktu itu. Akibatnya, Jalur Rempah Nusantara sama pentingnya dengan jalur sutra di Asia atau Qhapaq-nan di Amerika Selatan.

Dari para pedagang Timur Tengah, bangsa Eropa mengenal rempah Nusantara yang kemudian mendorong mereka melakukan penjelajahan samudra pada abad ke-17 untuk mencari pusatnya hingga tiba di Tanah Air.

Kedatangan bangsa asing tersebut makin memperkuat eksistensi Jalur Rempah sebagai jalur budaya dan Indonesia sebagai poros maritim.

Terlepas dari dampak yang ditimbulkan rempah, yakni kolonialisme di Nusantara, Jalur Rempah tidak hanya terkait dengan perdagangan, tapi juga terjadi pertukaran budaya, pengetahuan, seni, dan aspek lain nya yang mendukung peradaban.

Dirjen Kebudayaan, Ke mendikbud-Ristek, Hilmar Farid mengatakan bahwa Jalur Rempah ialah archipelago atau penghubung dengan laut sebagai elemen transmisinya.

Dari sini, sejak 2017 Indonesia merintis upaya dengan mengusulkan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia (world cultural heritage) ke UNESCO. Hal itu diilhami bahwa Jalur Rempah ialah jalur pertukaran antarbudaya dan pengetahuan yang melampaui konteks ruang dan waktu.

Tidak itu saja, Jalur Rempah ialah jalur laut yang menghubungkan antarpulau, bukti nyata Indonesia sebagai poros maritim. Jalur Rempah bukan sekadar kebanggaan masa lalu, melainkan juga dapat menjadi pijakan dalam melihat kembali berbagai kemungkinan kerja sama antarbangsa untuk mewujudkan persaudaraan dan perdamaian global.

“Lewat perjuangan di UNESCO, Indonesia ingin membangkitkan kembali kekuatan diplomasi budaya dan menjaga warisan peradaban dunia,” ujarnya.

Di Simposium Amerika-Eropa 2021, Hilmar menyampaikan bahwa Jalur Rempah dapat dijadikan kekuatan ekonomi berbasis pengetahuan lokal dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dari masa lalu untuk menggali kembali potensi yang dimiliki daerah-daerah di Indonesia.

“Indonesia memiliki semuanya, tetapi share-nya di keseluruhan market (dunia) sangat kecil. Jalur Rempah itu adalah kekuatan ekonomi berbasis pengetahuan lokal,” terangnya.

Ini tentu sebuah potensi. Banyak buku sejarah mencatat suatu negara terbentuk karena peradaban manusia di suatu daerah yang saling berkaitan. Hal itu terjadi di Nusantara, tempat setiap suku bangsa kemudian saling terhubung melalui ruang laut.

Program Jalur Rempah, menurut Wakil Ketua Komite Jalur Rempah Idham B Setiadi, mencoba merekonstruksi budaya melalui fokus pada cagar budaya sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 2011.

“Program Jalur Rempah ingin memusatkan perhatian justru di cagar budaya, objek pemajuan budaya, warisan budaya yang menghubungkan daerah-daerah di Nusantara hingga ke luar,” kata dia.

Sebagai jalur budaya, potensi yang akan digali sangat besar sehingga dampaknya bisa ke sektor-sektor lain, seperti ekonomi, politik, hingga pariwisata di daerah-daerah yang menjadi titik atau simpul jalur tersebut dengan kekayaan alam dan warisan budayanya.

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement