SEJAK dulu, profesi dokter selalu dijunjung sebagai profesi mulia dan altruistik. Dokter tidak hanya dianggap sebagai 'pembantu penyelamat nyawa', tetapi juga simbol ilmu pengetahuan, dedikasi, dan pengabdian terhadap kemanusiaan. Namun, di tengah perubahan sosial, ekonomi, dan politik global, profesi itu kini menghadapi tantangan serius bernama 'buruhisasi dokter' (medical proletarianization). Berdasar definisi, buruh ialah semua individu yang bekerja dan memperoleh bayaran atau upah. Dari definisi tersebut, hampir semua profesi, termasuk profesor, manajer, pegawai bank, dan dokter, sejatinya juga termasuk buruh.
Meski demikian, secara tradisional buruh dikategorikan atas buruh kasar (blue collar) dan buruh halus (white collar). White collar biasanya bekerja kantoran, memiliki keterampilan khusus yang jarang, serta memiliki posisi tawar yang tinggi. Namun, pengategorian itu tidak bersifat mutlak. Ada kategori lain yang disebut gray collar dan gold collar. Profesi dokter digolongkan gold collar. Itu merujuk pada profesi dengan tingkat keterampilan yang tinggi, kebutuhan tak tergantikan, serta memiliki otonomi profesional.
Namun, dengan bertambahnya jumlah dokter secara masif, minimnya penyerapan adekuat, tidak adanya standar remunerasi, serta adanya tekanan kerja yang menyerupai pekerja industri, status gold collar dokter mulai memudar. Profesi tersebut mengalami degradasi status. Ia mengalami buruhisasi; penurunan status dan privilese. Bukan tidak mungkin statusnya akan menjadi gray collar at....