SEBELUM 2009, hampir setiap hari, Darsim, 43, secara rutin harus menyusuri pinggir Sungai Mengaji. Warga Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, itu, kudu mengecek kondisi turbin kayu yang dipasang di aliran Sungai Mengaji.
Turbin kayu digerakkan oleh aliran air untuk menghasilkan listrik. “Waktu itu, warga di sini memiliki satu turbin kayu untuk menggerakkan dinamo sehingga menghasilkan listrik,” ungkapnya,
Namun, sejak 2010 lalu, turbin kayu telah ditinggalkan. Meski sama-sama menggunakan air Sungai Mengaji untuk menggerakkan turbin, perantinya sudah diganti dengan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH).
PLTMH itu bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Turbin PLTMH digerakkan dengan air dari aliran Sungai Mengaji yang mengalir sepanjang tahun. Hulu sungai yang masih bagus membuat air tidak pernah mengering, bahkan pada musim kemarau panjang sekalipun.
Kapasitas terpasang PLTMH ini mencapai 25 kilowatt. Listrik dipasok untuk memenuhi kebutuhan 100 lebih rumah di dusun terpencil ini.
Tidak ada masalah dengan PLTMH sampai sekarang. Pasalnya, Kelompok PLTMH Tirta Mengaji sebagai pengelola secara rutin melakukan pemeliharaan.
“Kami sangat merasakan dampak positif peralihan dari turbin kayu ke PLTMH. Turbin kayu sangat rawan karena volume air yang sangat deras,” ungkap Ketua Kelompok PLTMH Tirta Mengaji, Ali Maksur.
Jaringan kabel dari sungai ke rumah juga tidak aman. Dulu satu turbin satu rumah. Namun, pasokan listriknya terbatas. Nyala lampu berubah-ubah, kadang kuat, kadang tidak terang. Televisi bisa hidup, tetapi gambarnya tak sempurna.
PLTMH membuat semuanya berubah baik. Pasokan listrik stabil dan jaringan listrik ke rumah-rumah sudah baik dan aman.
Dana pemeliharaan murni dari swadaya warga. Setiap bulan, mereka membayar iuran. Layaknya PLN, ada alat meteran yang menghitung pemakaian setiap bulan.
Tagihan listriknya tidak terlalu besar. Setiap bulan total iuran terkumpul hanya mencapai Rp1,5 juta. Dana inilah yang digunakan pemeliharaan dan honor pengurus.
Jangan berpikir honor besar. Pengurus hanya mengantongi Rp100 ribu per bulan.
“Ahamdulillah, sampai sekarang masih jalan. Ada sekitar 90 rumah dan fasilitas umum yang menjadi pelanggan. Masyarakat juga tidak keberatan. Saat ini, untuk menghidupkan televisi dan kulkas, semuanya bisa dilakukan,” papar Ali.
Selain rumah warga, PLTMH juga memasok listrik untuk tempat ibadah, sekolah, dan tempat wisata Telaga Kumpe. Di lokasi terakhir, listrik digunakan untuk lampu di warung-warung dan penerangan jalan.
Salah satu sekolah yang mendapat pasokan ialah MTs Pakis Pesawahan. Ini ialah sekolah alternatif di pinggir hutan.
“Saya tidak pernah khawatir soal suplai listrik. Sebelum sekolah berdiri sudah ada PLTMH. Kami bisa menghidupkan komputer, laptop dan proyektor. Sekolah hanya membayar iuran Rp100 ribu per bulan,” kata Kepala MTs Isrodin.
Mengalir sepanjang tahun
Kepala Kantor Cabang Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Jawa Tengah wilayah Slamet Selatan, Muhammad Sholeh mengatakan bahwa sebagian sungai yang ada di Banyumas berpotensi menjadi sumber energi melalui pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM). Potensinya mencapai ratusan kilowatt hingga belasan megawatt.
“Dinas telah memetakan potensi tersebut. Sebagian telah dimanfaatkan oleh pemerintah untuk masyarakat wilayah terpencil dan oleh pihak ketiga yang menyuplai kebutuhan listrik untuk PLN,” paparnya.
Kepala Seksi Energi Kantor Cabang Dinas ESDM Jateng wilayah Slamet Selatan, Saptono Purwo, menambahkan ada beberapa sungai yang berhulu di Gunung Slamet wilayah selatan berpotensi menjadi sumber energi, baik PLTM maupun PLTMH. “Untuk PLTM sudah ada beberapa titik yang kini dikelola oleh swasta.”
Demikian juga dengan PLTMH yang dibangun oleh pemerintah dan dikelola oleh masyarakat, sampai sekarang masih baik.
Pembangkit listrik yang memanfaatkan aliran sungai mensyaratkan aliran airnya harus ada sepanjang tahun. Tidak peduli musim kemarau, air harus tetap datang untuk menghasilkan listrik.
Selain itu, juga harus dibangun penampungan, untuk meluncurkan air yang akan menggerakkan tabung. “Air yang diluncurkan dihitung ketinggian dan volumenya, menyesuaikan dengan kapasitas mesin yang ada,” papar Saptono.
PLTMH yang ada di sekitar lereng selatan Gunung Slamet, rata-rata diperkuat dengan mesin berkapasitas 1 megawatt. Sementara untuk PLTM mencapai lebih dari 1 megawatt.
Saptono memastikan kondisi PLTM dan PLTMH di Banyumas masih bagus. Daya dukung lingkungan yang baik membuat air terus mengalir.
Warga terus menjaga hutan. Atas kerja keras mereka, Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah mendapat penghargaan Desa Mandiri Energi tingkat Jawa Tenga....