CERPEN

Gaia

Min, 16 Jan 2022

“GUK! Guk! Guk!” gonggongan anjing terdengar beberapa kali. Dengan malas Kisma beranjak dari kasurnya. Rasanya baru semenit ia memejamkan mata, setelah malam panjang ditemani tumpukan buku tugas. Ia berusaha mengumpulkan tenaga untuk berjalan. Tubuhnya lemas sekali untuk diajak ke kamar mandi.

Hari Senin, hari yang menyebalkan bagi Kisma. Ia memulai pagi ini dengan sesuatu yang sangat ingin dihindarinya. Matematika. Materi yang membutuhkan pemikiran ekstra dan waktu yang agak lama untuk memahaminya ketimbang mata pelajaran lain. Kisma bukan termasuk murid yang cepat dalam memahami sesuatu. Ia perlu waktu lebih lama dari teman-temannya. Pembelajaran daring terasa lebih melelahkan dan membosankan. Otak harus dipaksa belajar lebih keras karena minimnya penjelasan dari guru.

“Aduh, capek banget!” gerutu Kisma sambil memijat bahunya. Empat jam sudah ia sibuk dengan tugas yang menumpuk. Kertas tak lagi tertata rapi dan berserakan di lantai kamar. “Sampai kapan ini akan bertahan? Akan seperti apa masa depan setelah ini? Apakah virus ini bisa hilang?” Alam pikirnya berbicara. Timbul tenggelam berbagai pertanyaan memenuhi pikirannya. Kepala Kisma terasa pusing. Direbahkan badannya ke kasur kemudian menatap dinding kamar dengan tatapan kosong. “Apa yang sebenarnya Tuhan kehendaki dengan pandemi ini?” pikirnya sebelum....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement