Hikmah Medis dan Imunitas Puasa Ramadan

MAYORITAS umat Muslim akan menjalankan ibadah puasa. Banyak riset ilmiah yang membahas dampak kesehatan selama berpuasa. Ada penerapan aspek kehati-hatian pada beberapa kondisi medis spesifik tertentu. Di sisi lain, banyak riset yang mengungkap manfaat puasa Ramadan bagi kesehatan. Khususnya, pada peranan sistem imun yang melatarbelakangi mekanisme terjadinya penyakit. Beberapa penelitian mengaitkannya dengan autophagy, inflamasi/peradangan, stres oksidatif, metabolisme, berat badan (misalnya obesitas), serta perubahan kompartemen susunan tubuh.

Autophagy

Pada hakikatnya tubuh manusia terdiri atas berbagai jaringan. Setiap jaringan tersusun atas triliunan sel. Setiap saat, sel-sel tubuh manusia selalu membelah diri. Namun, ada juga sel-sel yang mengalami kerusakan/kematian. Oleh karena itu, diperlukan regenerasi. Aktivitas kehidupan sel dapat terjadi karena adanya “bahan bakar”, berupa metabolisme zat-zat nutrisi tertentu. Ibarat suatu mesin produksi, di dalam sel-sel tubuh manusia terdiri dari beragam “onderdil”. Masing-masing “onderdil” (dalam istilah biologi disebut “organel”) bekerja spesifik, sesuai fungsi masing-masing. Produksi energi guna kelangsungan hidup setiap sel, disertai juga dengan terbentuknya “limbah” berupa sel-sel yang rusak/tua. Produk sampingan itu, tidak bermanfaat atau bersifat toksik. Oleh karena itu, harus “didaur ulang”. Ketika terjadi disfungsi mekanisme daur ulang, limbah komponen toksik akan menumpuk bagaikan “sampah”. Beberapa senyawa “sampah” bersifat karsinogen, dapat memicu timbulnya bibit kanker dan peradangan. Pada hakikatnya, puasa Ramadan memberi kesempatan sel-sel tubuh secara mandiri, membuang “limbah berbahaya” tersebut. Pembatasan kalori saat berpuasa, dapat membersihkan dampak stres oksidatif (oksidan) sehingga mempercepat metabolisme dan peremajaan sel. Manfaatnya dapat pula menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan tekanan....