MUDA

Kembangkan Inovasi Berbasis SDGs

Min, 23 Mei 2021

Sobat Muda, kalian tentu sudah tidak asing lagi ya dengan istilah pembangunan berkelanjutan? Istilah ini cukup sering terdengar dalam beberapa tahun belakangan. Terlebih seusai terbitnya tujuan bersama lintas negara dalam resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 21 Oktober 2015, atau yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
SDGs pada dasarnya terdiri atas 17 tujuan dengan 169 capaian yang disepakati oleh negara-negara di dunia. Namun, secara sederhana, kesepakatan ini dapat dimengerti sebagai sebuah agenda pembangunan dunia yang mementingkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi demi keselamatan manusia dan planet bumi.
Menariknya, beberapa teman kita baru-baru ini mencoba membuat inovasi dengan mengedepankan SDGs, lo. Inovasi tersebut mereka presentasikan dalam Kryative Inovation Award (KIA) 2021 yang diselenggarakan Krya Global dalam rangka peringatan World Creativity & Innovation Day setiap 21 April.
Dalam acara yang berlangsung sejak 12 hingga 21 April tersebut, teman-teman kita tidak hanya diberi kesempatan berkompetisi dengan peserta sesama negara. Lantaran kegiatan diselenggarakan secara daring, mereka dapat bersaing dengan berbagai peserta dari negara lain, misalnya Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand, bahkan Turki hingga Brasil.
M Farhan Dirhami dan Rio Ke­vin ialah peserta dari Indonesia yang pada kesempatan ini berhasil meraih Grand Award atas inovasi Indonesia Virtual Healing Forest. Selain itu, ada inovasi Aranavuila yang dipre­sentasikan Nafi’ Halimatus Sa’diyah, Abdul Aziz Mujib, dan Elfanisa Lukitasari.
Rio dalam presentasinya menjelaskan, Indonesia Virtual Healing Fo­rest merupakan sebuah ruang kontrol yang memanfaatkan teknologi pengindraan yang dapat memantik sensasi relaksasi. Sensasi yang didapat berasal dari lima pancaindra manusia, yakni penglihatan, suara, aroma, rasa, dan sentuhan.
“Dengan menghubungkan alam ke dalam ruang hutan virtual dan teknologi sensor IoT yang menangkap proses psikologi, teknologi yang kita gunakan akan memaksimalkan kenyamanan sebagai indikator utama efektivitas program,” katanya.
Dalam proses analisis, Rio dan tim juga telah melakukan wawancara mendalam pada lima orang dengan berbagai kasus stres. Hasil wawancara menunjukkan inovasi ini harus diimplementasikan sebagai pilihan alternatif terkait manajemen stres di Indonesia.
Sementara itu, Nafi’ dan tim menjelaskan Indonesia ialah salah satu negara di dunia yang memiliki pertumbuhan populasi cukup tinggi. Merujuk pada proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2010-2035, populasi masyarakat di Indonesia akan mencapai 284 juta jiwa pada 2025.
Pada saat yang sama, Nafi’ dan tim melihat pertumbuhan populasi ini akan meningkatkan volume sampah di Indonesia, yang pada masa ini 4,7 ton di antaranya tidak dimanajemen dengan baik tiap tahun. Belum lagi masalah sampah juga akan diikuti serangkaian fenomena alam, salah satunya banjir.
Aranavuila mereka buat untuk menjawab tantangan tersebut. Aranavuila berasal dari bahasa Sansekerta, yang dalam hal ini dapat dimengerti sebagai aplikasi ramah lingkungan yang mendukung misi kemanusiaan.
Aplikasi ini nantinya dapat diunduh oleh pengguna melalui gawai masing-masing. Dengan aplikasi ini pengguna dapat mendonasikan sampahnya ke bank sampah terdekat. Tujuan utamanya ialah mengatasi sampah dengan menyi­nergikan bank sampah di seluruh Indonesia.
Dalam amatan Nafi’ dan tim, lini pengelolaan sampah merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan cukup baik, yakni sebesar 6,06%. Pertumbuhan ini dirasa menjadi peluang yang cukup besar untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang dirasakan masyarakat saat ini.
“Sektor ekonomi mengalami pukulan keras karena adanya pandemi covid-19. Pertumbuhan ekonomi menjadi buruk, beberapa sektor mengalami degradasi, dan beberapa orang membutuhkan pertolongan, bahkan kehilangan pekerjaan,” tuturnya.
Tim Nafi’ dan Rio ialah dua di antara sekian banyak sobat Muda yang pada kesempatan ini menghadirkan inovasi di KIA 2021. Selain mereka, juga ada Pocket Nurse karya Natalia Elyssa Chan dan Isabella Nadia Chan yang meraih Titanium Award, pun Covid-19 Kids Fun Educational Game (Coki Fega) karya Brian Alvarico Anwar dan Dilan Cyrllio Anwar yang meraih Gold Award.

Membantu masyarakat
Chief Executive of Krya, Antonius M Barus, mengatakan teman-teman kita yang maju dalam final pitching KIA 2021 ini ialah mereka yang diseleksi bersama kurang lebih 100 peserta. Dalam sesi final, karya mereka dinilai oleh sejumlah juri yang berasal dari Turki, Australia, hingga Tiongkok.
“Juri membantu improviasi inovasi. Kami berharap inovasi ini dapat didedikasikan untuk masyarakat dan kami ingin mendengar inovasi ini di masa depan nanti. Kami berharap dari presentasi dan seluruh kegiatan mengajar selama ini dapat menjadi kesempatan belajar bersama-sama,” imbuhnya.
KIA 2021 menentukan empat kriteria untuk menganalisis inovasi peserta. Pertama dari bagaimana cara mereka mendefinisikan masalah, proses penemuan, penyajian solusi realistis, dan bagaimana cara juri memberikan penilaian. Setiap kriteria ini meliputi 25% penilaian dari nilai total yang didapat oleh setiap tim.
Salah satu juri dari Turki, Cansu Ilke Kuru, mengaku senang dapat mendengarkan presentasi proyek kreatif dari para peserta. Ia berharap para peserta tidak menyerah dengan penemuannya dan selalu mengedepankan ilmu pengetahuan (sains).
Ting Yin, juri dari Tiongkok, juga sangat terkesan dengan para peserta. Inovasi yang mereka sungguhkan, menurutnya, sangat meng­inspirasi. Berbagai inovasi ini, kata dia, akan membuat dunia menjadi lebih baik.
“Sedikit saran dari saya, ketika Anda mulai membantu masyarakat, lalu siapa masyarakat itu? Apakah Anda sudah berbicara dengan masyarakat ini untuk memahami apakah inovasimu benar-benar dapat membantu mereka? Jadi, kalian bisa belajar banyak dari masyarakat ketika mengembangkan inovasi dan bahkan bisa membuat inovasi Anda menjadi lebih baik lagi,” p....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement