BENTROKAN antara pasukan pemerintah Myanmar dan pasukan etnik Karen yang terjadi di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand pada Sabtu, 20 April 2024, semakin memperburuk krisis politik yang terjadi di negara berjuluk the Land of Golden Pagodas itu. Pasalnya, pemerintah Myanmar juga menghadapi serangkaian protes hingga perlawanan bersenjata dari berbagai elemen masyarakat sipil maupun militan yang menentang kekuasaan rezim junta militer pascakudeta terhadap pemerintahan demokratis pimpinan Aung San Suu Kyi pada Februari 2021 lalu.
Namun, faktanya konflik antara pasukan pemerintah Myanmar (Tatmadaw) dan pasukan pemberontak Karen National Liberation Army (KNLA) bukanlah suatu hal yang baru di Myanmar. Lantas, bagaimana konflik militer-etnik Karen di Myanmar yang terjadi baru-baru ini menjadi ancaman instabilitas regional?
Pertama, kita harus memahami latar belakang terjadinya konflik yang berkepanjangan antara Tatmadaw dan KNLA. Secara umum, Myanmar atau yang dulu disebut Burma merupakan negara di kawasan Asia Tenggara yang beragam dengan 135 kelompok etnik di dalamnya. Akan tetapi, keberagaman itu justru membuat Myanmar dipenuhi ketegangan hingga konflik etnik yang berkepanjangan.