INDONESIA kehilangan lagi seorang sastrawan, budayawan, pemikir sosial, aktivis peradaban dengan wafatnya Radhar Panca Dahana (RDP), Kamis (22/4) malam. Seorang penulis prolifik dan eklektik yang ketajaman opininya menjelajahi khasanah susastra sampai politik dengan artikulasi lentur yang bisa memutar-mendakik, bisa pula menghunus-membidik. Dia seorang cempiang nan sulit dicari tandingan.
Perkenalan saya dengan Radhar dimulai pada 1986, di sebuah ruang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ketika kami sebagai mahasiswa baru sedang menjalani penataran P4. Dalam kelas besar berisi ratusan orang, peserta dibagi dalam beberapa subkelompok lebih kecil. Tangan nasib menuntun kami berkenalan. Ternyata, Radhar dan saya sama-sama bukan mahasiswa FK, melainkan dari FISIP UI. Lebih jauh lagi, kami adalah mahasiswa sosiologi. Satu ....