SEJAUH ini para pemerhati Muhammadiyah lebih banyak memosisikan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah, gerakan tajdid, dan gerakan nasional. Belum banyak pemerhati yang menempatkan Muhammadiyah sebagai gerakan kebudayaan. Untuk itu, tulisan ini ingin menampilkan karakter Muhammadiyah sebagai gerakan kebudayaan.
Tulisan ini juga berusaha untuk mengaitkan dengan ikhtiar Muhammadiyah yang telah mencanangkan konsep dakwah kultural. Wacana dakwah kultural mulai dibicarakan sejak Tanwir Muhammadiyah di Bali (2002), Makassar (2003), dan Mataram (2004). Dalam Muktamar Ke-45 Muhammadiyah di Malang pada 2005, masalah dakwah kultural juga diperbincangkan secara serius.
Keputusan agar Muhammadiyah menggunakan strategi dakwah kultural sangat berarti bagi perkembangan organisasi ini. Sebab, sudah menjadi rahasia umum jika dakwah Muhammadiyah selama ini dinilai kurang ramah terhadap adat istiadat dan budaya lokal. Mubalig Muhammadiyah kurang terampil menjadikan adat istiadat dan budaya lokal sebagai media berdakwah. Bahkan, juru dakwah Muhammadiyah sering kali menghakimi adat istiadat dan budaya lokal sebagai takhayul, bid’ah, dan khurafat. Dampaknya, dakwah Muhammadiyah terkesan serius, terasa kering, kehilangan selera hum....