DALAM sebuah seminar tentang pembelajaran mendalam (PM), seorang guru bertanya, “Bagaimana saya tahu kalau saya sudah mengajar sesuai prinsip PM dengan benar?” Pertanyaan ini memicu refleksi: siapa yang seharusnya menentukan ‘kebenaran’ dalam mengajar—atasan, rekan sejawat, atau siswa? Dan mengapa kita menggunakan tolok ukur benar atau salah, bukan efektif atau tidak?
Sejak 1970-an, guru Indonesia memang telah mengenal berbagai pendekatan seperti CBSA, PAKEM, PAIKEM, dan CTL. Namun, menurut Kemendikdasmen, implementasi berbagai pendekatan itu masih terkendala. Mengapa? Mungkin pertanyaan guru tadi memberi kita petunjuk: kita terlalu sibuk mencari ’cara yang benar’ daripada memikirkan apakah cara itu efe....