EKONOMI

Pemerintah Didesak Cabut Kebijakan Gas Murah

Kam, 28 Mar 2024

SEJUMLAH pihak mendesak pemerintah menghentikan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Desakan muncul karena itu berpotensi menimbulkan kerugian keuangan bagi negara. Program yang hanya dinikmati tujuh sektor industri itu mengandung ketidakadilan sehingga merugikan sektor lain terutama minyak dan gas (migas).

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan, berdasarkan kajian yang dilakukan, terdapat 15 faktor penentu untuk meningkatkan daya saing sebuah industri di dalam negeri.

”Sebanyak sepuluh di antaranya adalah faktor dari dalam negeri, dan limanya dari eksternal. Ternyata, harga gas ini hanya salah satu komponen,” ujar Komaidi dalam diskusi virtual bertajuk Nasib Kelanjutan HGBT, antara Perkuat Daya Saing Industri & Kesehatan APBN, kemarin.

Oleh karena itu, menurutnya, jika hanya harga gas yang ditekan sementara sembilan variabel lain tidak diperhatikan, kebijakan tersebut tidak akan ada gunanya. “Pada akhirnya, daya saing yang ingin kita tuju tidak akan tercapai,” ucapnya.

Hal senada dilontarkan Senior Advisor Indonesia Gas Society (IGS) Salis Aprilian. Ia menyebut dampak buruk HGBT menyasar sektor hulu migas. Karena kebijakan tersebut, minat investor untuk menanamkan modal di sektor hulu menjadi turun. Pasalnya, mereka harus mengeluarkan biaya produksi gas yang tinggi, namun harus menjual di bawah harga pasar.

“Apalagi sekarang kebanyakan sumber gas yang ditemukan itu di remote area dan itu sangat berat biaya produksinya,” tutur Salis. Di sisi hilir pun, imbuhnya, belum tentu manfaat yang diterima sesuai sasaran dan harapan. ”Memang ada baiknya. Cuma, benarkah ini melahirkan industri baru dan pengembangan industri? Ini harus dilihat,” sambungnya.

Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan evaluasi terhadap HGBT sedang dijalankan. “Evaluasi ini hal yang biasa karena sekarang sudah tidak pandemi. Sementara, programnya dikeluarkan saat pandemi,” terang Sugeng.

Adapun, tujuh sektor penikmat HGBT meliputi sektor industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet. Mereka mendapatkan pasokan gas di bawah US$6 per MMBTU yang me....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement