Saat ini, kesetaraan gender di ranah publik, termasuk kesenian, belum begitu menjadi agenda utama. Seniman seni performa, Melati Suryodarmo, mengamini hal tersebut belum banyak mendapat atensi dari khalayak, apalagi pemerintah. Namun, upaya mencapainya bisa dirintis dari kalangan akar rumput yang cerdas.
“Artinya, sejauh mana juga keterlibatan perempuan dalam mengutarakan pendapatnya, untuk mengkritisi suatu pameran misalnya. Itu juga perlu dilakukan. Misal ada pameran pesertanya 25, perempuannya cuma tiga. Tapi tidak ada yang protes kenapa kurator tidak pernah mencari keseimbangan angka? Untuk membuat kebijakan yang melindungi realitas politik gender di Tanah Air, harus didukung oleh realitas rakyat dari bawah,” kata Mbak Mel, sapaannya, kepada Media Indonesia melalui konferensi video, Rabu (10/11).
Ia melanjutkan, meski tidak secara literal memproklamasikan diri sebagai feminis, setiap karyanya tidak mungkin tidak berbicara juga tentang feminisme. Laku keseniannya yang menggunakan tubuhnya, juga adalah sebagai sikap politisnya atas alienasi tu....