LINGKUNGAN sosial anak dan remaja di Indonesia terus menjadi sasaran empuk produk rokok konvensional ataupun rokok elektrik, termasuk produk tembakau dan turunannya. Seiring dengan penaikan cukai rokok yang diberlakukan per Januari tahun ini, industri rokok semakin agresif dalam mempromosikan rokok elektrik untuk menarik para perokok pemula dari kalangan anak dan remaja.
Berbagai cara dilakukan dari membuat variasi aneka rasa rokok dan membentuk branding baru yang diposisikan sebagai cara efektif berhenti merokok hingga rokok elektrik yang dianggap memiliki kandungan 95% lebih aman bagi kesehatan jika dibandingkan dengan rokok konvensional.
“Rokok elektrik sering kali dipromosikan sebagai cara efektif untuk berhenti merokok sehingga banyak anak muda memilih berpindah dari rokok tembakau kepada rokok elektronik. Padahal, ketika mereka mengonsumsi rokok elektrik, bukan berarti mereka berhenti, tapi menjadi two user atau pengonsumsi elektrik dan konvensional,” ujar Direktur Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari, kepada Media Indonesia, kemarin.