KEINGINAN Indonesia agar industri alat kesehatan (alkes) lokal menjadi tuan di negeri sendiri terus menguat. Beberapa produk alkes sudah diproduksi di Indonesia bahkan ada yang diekspor ke mancanegara.
“Kalau produk alkes dalam negeri kuat dengan kualitas bagus, target pemerintah menyuplai 50% kebutuhan tercapai,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin di Grand Studio Metro TV, Kebon Jeruk, Jakarta, tadi malam.
Menurut Budi, produksi alkes mengalami lonjakan seiring meningkatnya belanja kesehatan dua kali lipat dalam lima hingga 10 tahun ke depan. Kini, belanja kesehatan termasuk alkes mencapai Rp560 triliun-Rp580 triliun setiap tahun.
Data Kemenkes di 2023 terdapat 1.549 produk alkes impor. Jumlah ini tiga kali lipat lebih dari produk lokal, yaitu 422 produk. Adapun jumlah izin edar produk impor mencapai 54.217 atau hampir empat kali lipat lebih besar dari izin edar produk lokal sebesar 14.208. Sampai semester I 2024 impor produk alkes mencapai US$456 juta.
Wakil Ketua Komisi IX DPR Putih Sari mendukung langkah pemerintah menomorsatukan industri alkes lokal. “Ini sesuai amanat UU Kesehatan dan arahan Presiden Prabowo tentang percepatan pengembangan industri alkes, farmasi, bahan obat tradisional, dan suplemen kesehatan.”
Jumlah perusahaan nasional meningkat delapan kali lipat sejak pandemi. Pada 2020, perusahaan alkes lokal yang terdaftar di Kemenperin ada 150 kini 1.199 sehingga mempercepat penyerapan alkes lokal menjadi 48% dibanding 2019 yang hanya 12%.
Di sisi lain, produsen alkes PT Astra Otoparts Tbk (AOP) mendukung Kemenkes meningkatkan produksi lokal untuk menyaingi alkes impor yang bertahun-tahun menguasai pasar.
“Kami perlu diberi kesempatan memproduksi produk alkes agar maju,” ujar Direktur PT AOP Prihatanto Agung Lasmono saat bersama Direktur PT Ka Dua Empat (KDE) Gesit Kuntadi memperkenalkan OMO Precisio TB-241, tensimeter digital terbaru di Jakarta, kemarin.
Produk kolaborasi AOP dan KDE ini memiliki fitur suara berbahasa Indonesia. Hingga akhir tahun alat yang jauh lebih murah dari produk impor itu diharapkan terjual sekitar 5.000 unit.
“Untuk produk seperti CT Scan dan radiologi, kami masih kerja sama. Kami juga memproduksi measurement tape (kandungan lokal 59,19%) dan patient monitor dengan kandungan lokal 58,87%. Kami menggandeng Apotek K-24 dalam distribusi karena memiliki jaringan luas,” ungkap Prihatanto.
Gesit Kuntadi menambahkan pihaknya bekerja sama dengan AOP karena berpengalaman dalam memproduksi alkes. “Kami berani bersaing dengan produk impor yang berkualitas tinggi....
- Home
- Category
- POLKAM
- FOKUS
- EKONOMI
- MEGAPOLITAN
- OPINI
- SUARA ANDA
- NUSANTARA
- HUMANIORA
- INTERNASIONAL
- OLAHRAGA
- SELEBRITAS
- EDITORIAL
- PODIUM
- SELA
- EKONOMI DIGITAL
- PROPERTI
- KESEHATAN
- OTOMOTIF
- PUNGGAWA BUMI
- BELANJA
- JENDELA BUKU
- WAWANCARA
- TIFA
- PESONA
- MUDA
- IKON
- MEDIA ANAK
- TRAVELISTA
- KULINER
- CERPEN
- HIBURAN
- INTERMEZZO
- WEEKEND
- SEPAK BOLA
- KOLOM PAKAR
- GARDA NIRBAYA
- BULAKSUMUR
- ICON
- REKA CIPTA ITB
- SETARA BERDAYA
- EDSUS HUT RI
- EDSUS 2 TAHUN JOKOWI-AMIN
- UMKM GO DIGITAL
- TEKNOPOLIS
- EDSUS 3 TAHUN JOKOWI-AMIN
- PROMINEN
- E-Paper
- Subscription History
- Interests
- About Us
- Contact
- LightDark
© Copyright 2020
Media Indonesia Mobile & Apps.
All Rights Reserved.