SEJAK pemerintah menggulirkan Gerakan Menuju 100 Smart City pada 2017, konsep smart city atau kota cerdas semakin sering digaungkan. Meski terdengar canggih, pengertian smart city belum benar-benar jelas begitu pula soal dampak nyatanya terhadap kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat nantinya.
Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas Institut Teknologi Bandung (ITB) merupakan salah satu lembaga yang paling aktif melakukan riset smart city di Indonesia. Tidak hanya meriset soal smart city, mereka juga meriset mengenai kota ekonomi cerdas.
Lalu bagaimana kemampuan kota-kota di Indonesia untuk menjadi smart city maupun kota berekonomi cerdas? Bagaimana pula dampak nyata yang bisa diharapkan? Berikut wawancara Media Indonesia dengan Ketua Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas Institut Teknologi Bandung (ITB), Profesor Suhono Harso Supangkat, Kamis, (3/2).
Bagaimana hasil riset lembaga anda mengenai kemampuan kota-kota di Indonesia untuk menjadi kota ekonomi cerdas?
Jadi, riset kami yang berjudul Kota Menuju Ekonomi Cerdas itu berangkat dari permasalahan urbanisasi. Sebelum pandemi angka urbanisasi itu sekitar 30% kemudian setelah pandemi diperkirakan sudah mencapai 50%-60%. Sementara daya dukung yang ada diperkotaan tidak sebesar di rural area, khususnya dari ketersediaan lahan. Di sisi lain perkotaan juga men-drive pergerakan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang besar itu terjadi di perkotaan.
Jadi, riset kami ini mencoba mengukur kemampuan kota dalam meningkatkan perekonomian dengan memaksimalkan sumber daya atau potensi kota. Di sisi lain juga menghadirkan layanan infrastruktur, teknologi, tata kelola, dan pengelolaan data yang mumpuni. Makna ekonomi cerdas juga mengarah pada konsep keseimbangan terhadap sisi sosial dan lingkungan. Pertumbuhannya ekonominya tidak timpang atau hanya misalnya 10% penduduk yang kaya sisanya kesulitan, atau setidaknya sudah ada upaya menciptakan kesimbangan itu.
Lalu bagaimana hasilnya?
Berdasarkan parameter penilaian kami belum ada kota yang sudah bisa disebut sebagai kota dengan ekonomi cerdas di Indonesia. Semuanya masih berproses. Jadi dari format penilaian yang kami buat itu ada enam level. Dari total seluruhnya 93 kota di Indonesia, yang masuk terbaik itu baru berhasil mencapai di level 4. Kalau sudah di level tertinggi, baru bisa dinilai mana kota ekonomi cerdas terbaik.
Dari hasil riset kami ada beberapa nama kota yang menempati posisi tinggi di setiap kategori. Jadi, ada tiga kategori yang dipisahkan berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk. Seluruhnya kami bagi ke dalam 3 kategori, yakni kota besar, kota sedang, dan kota kecil. Kota besar itu dengan jumlah penduduk di atas 1 juta, sedang jumlah penduduknya antara 500 ribu hingga 1 juta, sementara kecil jumlah penduduknya di bawah 500 ribu.
Kategori Kota Besar diberikan kepada Surabaya, Bogor, Semarang, Bandung, Batam. Kategori Kota Sedang itu Probolinggo, Samarinda, Yogyakarta, Kediri, Cimahi. Kota Kecil yakni Pariaman, Bontang, Bukittinggi, Blitar, Magelang. Kalau ditanya mana yang terbaik memang sejauh ini yang paling maju yang ada di kategori kota besar. Namun, sekali lagi ini tidak bisa dibandingkan begitu saja karena faktor luas wilayah dan jumlah penduduknya yang berbeda.
....