SEKIRA tujuh tahun, Ade Soelistyowati sempat bekerja di bidang clearance, mengurusi perizinan produk-produk impor. Karena rutinitas kerjanya, ia sempat jatuh sakit. Sementara itu, suaminya, Sahroni Bachrun bekerja di bidang properti. Lantaran kondisi kesehatan Ade, suami-istri yang semula tinggal di Jakarta ini, akhirnya hijrah ke kampung halaman, Sukabumi, Jawa Barat.
Dari Sukabumi, kesempatan kedua keluarga ini pun dimulai. Setelah ‘jatuh’ beberapa kali diterpa badai, termasuk jalan terjal yang ditemui Sahroni di bisnis properti, keduanya pun membulatkan tekad untuk mencoba bisnis kuliner, keripik singkong.
Di Desa Goalpara, Sukabumi, Sahroni menemukan banyak petani menanam singkong. Sayangnya, harga tanaman itu begitu murah. Sekira Rp700-Rp1.000 per kilogramnya. Dengan sisa uang yang cekak, kala itu, Sahroni cuma punya modal Rp50 ribu. Uang itu untuk membeli singkong mentah sekilo, minyak goreng seliter, dan plastik kemasan. Tanaman itu semua ia olah menjadi semacam opak, namun jadi setipis keripik. Ketika itu ia coba memanfaatkan alat yang digunakan untuk membuat kulit mol....