HUMANIORA

Sebelum Semua Tenggelam

Kam, 09 Des 2021

DUSUN Senik dan Tambaksari di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang terletak di pesisir pantura tenggelam oleh banjir air laut pasang (rob). Bencana itu memaksa ratusan keluarga yang hidup dan tinggal di tempat itu direlokasi.

Tidak hanya dua dusun di Demak yang sudah hilang dari peta peradaban, dusun-dusun lain di pantura juga bernasib hampir sama seperti Dusun Semut di Kabupaten Pekalongan yang menunggu relokasi karena banjir rob.

“Sekitar 1.473 hektare di Demak terkena abrasi. Akibatnya ada 1.174 hektare dari 4.563 hektare tanam an mangrove yang mengalami kerusakan. Lokasinya tersebar di Kecamatan Sayung Karangtengah, Bonang, dan Wedung,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Demak Fathkurohman kepada Media Indonesia, pekan lalu.

Hampir setiap hari warga di kawasan ini harus hidup bersama genangan air laut yang nyaris menenggelamkan kampung mereka.

Setelah hilangnya dua dusun, saat ini jumlah warga yang bertahan di Desa Bedono berkurang 50% dari sebelumnya 4.000 kepala keluarga menjadi 2.000 kepala keluarga.

Atas kesadaran warga, imbuhnya, Desa Bedono yang telah porak- poranda akibat bencana rob yang berkepanjangan berusaha menyelamatkan desanya dari ancaman abrasi. Alih-alih membenci alam, mereka justru bersahabat dengannya.

Fathkurohman menyebutkan kerusakan hutan mangrove di Kecamatan Sayung mencapai 653 hektare dari 2.264 hektare.

Sedikit demi sedikit, warga kembali menanam tanaman bakau hingga kawasan pesisir kembali tampak menghijau. Keberadaan mangrove di kawasan pesisir meningkatkan resiliensi masyarakat terhadap dampak perubahan iklim dan bencana yang ditimbulkan.

Kikisan air laut tidak lagi mengurangi daratan yang ada. Bahkan, Dusun Senik dan Tambaksari yang sebelumnya hilang dari peta kini kembali terlihat hijau dihuni oleh ribuan burung bangau.

Dua dusun itu kini menjelma menjadi tempat wisata yang diburu wisatawan. Dengan menyewa perahu Rp250.000 dari Pantai Mor, wisatawan dapat mengunjungi Dusun Senik yang menyisakan bangunan masjid dan bekas rumah penduduk yang terendam air laut setinggi tiga meter.

Di antara hijaunya tanaman mangrove di seluruh Dusun Senik, misalnya, ada kehidupan satwa yang kini menjadi penghuni tetap dusun itu. Ribuan burung bangau, kepiting bakau, biawak, bahkan tiupan angin laut menjadi kenikmatan tersendiri.

Pemandangan itu bisa dinikmati dari atas jembatan kayu yang berada di antara deretan tanaman bakau yang tinggi menjulang.

Desa Bedono yang tadinya dikenal sebagai desa nelayan itu pun kini justru dikenal luas sebagai desa wisata. Hampir setiap hari, Bedono dikunjungi ratusan wisatawan lokal, regional, nasional, dan internasional.

Kebangkitan Desa Bedono menjadi tempat kunjungan wisata itu, tidak terlepas dari semangat warga setempat beserta dukungan dari berbagai pihak, bahkan hingga luar negeri.

Mereka tergerak untuk menyelamatkan lingkungan dengan penanaman kembali hutan mangrove di sepanjang pantai di des....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement