OPINI

Syafii Maarif dan Geliat Intelektualisme di Kalangan Muda

Rab, 29 Mei 2024

BUYA Ahmad Syafi'i Ma'arif memang telah berpulang meninggalkan kita dua tahun lalu (27 Mei 2022). Yang pergi hanya jasad, tetapi tidak dengan warisan-warisannya. Buya Syafi'i telah banyak berjasa dengan meninggalkan seabrek warisan kepada bangsa dan negara yang sangat dicintainya ini. Di samping kepribadian yang sederhana dan humanis serta pemikiran-pemikirannya yang kritis, warisan penting lainnya yang ditinggalkan Buya ialah pembangunan iklim intelektualisme di kalangan muda sebagaimana terefleksikan dari keberadaan Maarif Institute for Culture and Humanity yang usianya sudah lebih dari dua dekade.

Buya acap berkumandang bahwasannya harus ada sekelompok massa yang kritis, terutama di kalangan mudanya. Tak hanya berkumandang, implementasi dari ucapan tersebut diejawantahkan dengan lahirnya Maarif Institute pada 28 Februari 2003. Inilah karakter khas Buya, kata dan laku tak bercerai-berai. Meminjam istilah aktivis kemanusiaan Sudhamek AWS (2005: 558), Buya ialah sosok yang walk the talk (melaksanakan apa yang diucapkannya).

Kelahiran Maarif Institute dilatarbelakangi oleh kondisi sosial yang semakin terbelah, eskalasi kekerasan atas nama suku atau agama meningkat, kebinekaan diseok-seok, 'polisi swastamarak dengan tindakan menghakimi bahkan membatasi penganut agama atau keyakinan lain, serta penghargaan terhadap keberagaman semakin lumpuh. Padahal, keberagaman ialah hal yang paling dibanggakan negeri kepulauan ini. Di atas kemajemukan inilah para ibu/bapak pendiri bangsa (founding mothers/fathers) mendirikan Indonesia merdeka. 

SHARE THIS

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement