PAGI merambat lamban sepenuh kabut. Sudah pukul tujuh, tetapi matahari masih membayang samar. Tuan Rez pasti tak menyukai pagi muram seperti ini, batinku. Mood-nya mungkin tidak sebaik dua hari lalu: ia bisa tertawa oleh sebab remeh semisal kucing yang terpeleset di ujung tangga atau jemari sopir yang terjepit pintu
seorang lelaki muda dengan kepala tertutup tabung udara dan mengendarai flying motorcycle teranyar, tiba di depan rumah. Aku sudah menunggunya dari tadi dengan kegusaran yang tak
tertahankan seperti gabus penutup bo....