DI sejumlah medsos dan platform video berbagi, konten pamer kemewahan atau flexing banyak dijumpai. Sosok-sosok yang dijuluki sultan dan crazy rich menjadikan acara belanja, isi rumah, bahkan isi lemari sebagai konten.
Guru Besar Universitas Indonesia, Prof Rhenald Kasali, mengungkapkan, meski banyak yang menggunakan flexing untuk sekadar cari perhatian, ada pula yang memang bertujuan untuk market signalling.
“Karena memang di keilmuan ini flexing ini ada teorinya yang disebut sebagai market signalling atau strategi mengirim sinyal kepada pasar. Teori itu sudah ada sejak tahun 60-an. Namun, sejak adanya media sosial cara itu menjadi semakin populer karena memang banyak yang berhasil menarik perhatian pasar dengan cepat,”....