PENDIDIKAN tinggi mengalami ketidakjelasan arah dalam lima tahun terakhir. Di satu sisi didorong internasionalisasi, tetapi sivitas akademika terjebak dalam kesibukan administrasi. Bagi perguruan tinggi tidak disediakan sumber daya yang memadai untuk melahirkan penelitian dan publikasi bermutu tinggi. Terbukti, tidak ada satu pun universitas di Indonesia yang masuk Top 100 QS World University Ranking. Bahkan, Times Higher Education hanya menempatkan Universitas Indonesia pada urutan 801-1.000.
Di sisi lain, peran kampus sebagai pusat pemikiran yang melahirkan gagasan besar tereduksi. Seluruh mahasiswa, tidak peduli dari jenis pendidikan vokasi atau akademik, diarahkan menjadi pekerja industri. Padahal, kampus sejatinya menjadi penyedia sumber daya manusia (SDM) yang dapat memajukan peradaban secara komprehensif. Kampus yang hanya menyiapkan pekerja siap pakai bagi perusahaan menjadi problematik ketika negara dan perusahaan gagal menciptakan lapangan kerja. Terbukti, pengangguran lulusan pendidikan tinggi masih menjadi yang tertinggi.
Kehadiran menteri pendidikan tinggi yang berlatar akademisi seperti membawa angin segar. Dalam beberapa wawancara, sang menteri menyampaikan tekadnya membenahi perguruan tinggi. Salah satunya mengembalikan kampus sebagai pusat pemikiran. Penulis berharap peran perguruan tinggi ke depan tidak hanya menjadi sebatas 'lembaga pelatihan' yang menyiapkan lulusan siap kerja. Lebih dari itu, perguruan tinggi harus diberi tanggung jawab untuk melahirkan gagasan-gagaran bes....