SEIRING bertambahnya usia, setiap orang dituntut untuk lebih waspada terhadap kesehatan mata. Di saat itu, gangguan penglihatan, terutama katarak, perlahan, tapi pasti akan menghampiri.
Jika itu terjadi, pandangan terhadap segala rupa di sekeliling akan kabur hingga bisa mengakibatkan pada penyakit mental yang menderitanya. Mata ibarat jendela dunia yang menghubungkan setiap individu dengan alam semesta.
Diperkirakan saat ini terdapat 2,2 miliar penduduk dunia yang mengalami gangguan penglihatan, termasuk kebutaan. Dari survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan pada 2014-2016, prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 3%. Secara terperinci, masyarakat yang memiliki masalah kesehatan mata ada 8 juta yang terdiri atas 1,6 juta kasus kebutaan dan 6,3 juta mengalami gangguan penglihatan sedang hingga berat.
Menurut Wakil Ketua Komite Mata Nasional Aldiana Halim, katarak menjadi penyebab kebutaan tertinggi di Indonesia. “Katarak menjadi penyebab tertinggi kebutaan di Indonesia, angkanya mencapai 80%,” kata Aldiana, Selasa (12/10).
Gangguan mata lainnya yang banyak dialami masyarakat ialah kelainan refraksi, glukoma, dan kelainan retina yang berhubungan dengan diabetes. Namun, Aldiana menegaskan bahwa pemerintah harus berfokus pada penanganan katarak.
“Kita harus berusaha bagaimana orang katarak bisa mendapatkan akses pelayanan operasi mata sehingga penglihatannya kembali normal. Karena dengan penanganan katarak yang baik, nantinya prevalensi gangguan penglihatan di Indonesia akan turun signifikan,” beber dia.
Ternyata gangguan penglihatan tidak hanya berpengaruh pada aspek kesehatan masyarakat, tetapi juga terhadap semua aspek kehidupan, mulai fisik, mental, kepuasan hidup, pendidikan, hingga ekonomi.
Dokter spesialis mata itu mengungkap bahwa sebagaian besar orang yang mengalami kebutaan, khususnya mereka yang sebelumnya bisa melihat, akan menghadapi masalah mental.
“Gangguan penglihatan juga bisa memperberat penyakit kronis bagi penderita dan dipastikan mengalami kesulitan untuk mengerjakan pekerjaan atau kegiatannya sehari-hari,” ucap dia.
Dari sisi ekonomi, diperkirakan apabila ada 1,6 juta orang mengalami kebutaan di Indonesia, negara berpotensi kehilangan pendapatan Rp84,7 triliun dalam satu tahun dan Rp611 triliun dalam lima tahun. Sebuah nilai yang tidak kecil.
Untuk itu, diperlukan penanganan serius pada masalah gangguan penglihatan di Tanah Air, dari penanganan hingga pencegahannya.
“Gangguan penglihatan harus ditangani dengan pendekatan sistem kesehatan dan strategi yang tepat serta terintegrasi dengan strategi global untuk menanggulangi gangguan penglihatan,” beber dia.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) M Sidik mengungkapkan dengan adanya pandemi covid-19, diperkirakan jumlah penderita gangguan penglihatan di Indonesia bahkan seluruh dunia meningkat.
Hal itu disebabkan tingginya aktivitas masyarakat bersinggungan langsung dengan gadget setiap hari serta terhambatnya kegiatan pencegahan dan penanganan gangguan penglihatan di lapangan.
“Untuk itu, ke depan, kita perlu langkah yang dua kali lebih cepat guna mengatasi gangguan ini. Dan hal ini perlu integrasi semua pihak,” ucap dia.
Indonesia sendiri memiliki target untuk meningkatkan coverage bedah katarak sebesar 30% hingga 2030 mendatang dan mengatasi gangguan refraksi sebanyak 50%.
Dari sisi regulasi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan Cut Putri Arianie mengungkapkan pemerintah telah menyusun UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2020 tentang Gangguan Indera.
Ia memastikan regulasi tersebut akan menciptakan pelayanan mata yang baik di tengah-tengah masyarakat. Ditegaskan, operasi pembedahan mata seperti katarak sudah ditanggung pemerintah.
Cut mengakui ada berbagai tantangan dihadapi Kemenkes. Salah satunya ialah rendahnya kesadaran masyarakat untuk mau melakukan deteksi dini berkala. Pasalnya, selama ini masyarakat hanya datang berobat kalau sudah dalam level penyakit berat.
“Untuk itu, kami melakukan promosi kesehatan, memberikan informasi dan edukasi agar masyarakat paham bagaimana cara menjaga kesehatan mata, selanjutnya deteksi dini, mendorong masyarakat untuk mau memeriksakan matanya secara berkala bila sudah ada gangguan tajam penglihatan, dan terakhir adalah pengobatan kasus, diobati, dikoreksi sesuai indikasi,” jela....