PADA 27 November, sehari setelah tercapai gencatan senjata Israel-Hizbullah, kelompok-kelompok pemberontak Suriah pimpinan Hay'at Tahrir al-Syam (HTS), organisasi yang dulu berafiliasi dengan Al-Qaeda, melancarkan serangan kilat ke kota-kota penting Suriah.
Setelah menduduki Aleppo, Hama, dan Homs, pada 8 Desember dini hari, mereka menguasai ibu kota Damaskus. Presiden Bashar al-Assad telah meninggalkan ibu kota sebelum para pemberontak itu tiba. Pemberontak memanfaatkan melemahnya rezim Suriah setelah Rusia, Iran, dan Hizbullah, pendukung utama rezim, menarik sebagian besar kekuatan militer mereka dari negara tersebut untuk menghadapi perang Ukraina, perang Israel-Hizbullah, dan persiapan Iran menghadapi Israel.
Kendati pemberontak dan rakyat Suriah merayakan kemenangan, sangat mungkin peristiwa itu akan menimbulkan perang saudara baru di Suriah--karena faksi-faksi pemberontak memiliki ideologi dan agenda sendiri-sendiri--memperumit krisis Timur Tengah, dan karena Suriah, yang belum berdamai dengan Israel, tak bisa dipisahkan dari krisis Timteng saat ini, yang melibat....